Senin, 31 Agustus 2009

Perubahan Sikap

Para pakar psikologi sosial telah mengemukakan berbagai teori tentang perubahan sikap. Diantara teori-teori itu adalah: teori pembelajaran ( learning theory), teori fungsional ( functional theory), teori pertimbangan sosial (social judgement theory), dan teori konsistensi ( consistency theory). Dasar-dasar dari teori-teori tesebut sebagai berikut:

a. Teori Pembelajaran ( learning theory),

Teori ini melihat perubahan sikap sebagai suatu proses pembelajaran. Teori ini tertarik pada ciri-ciri dan hubungan antara stimulus dan respon dalam suatu proses komunikasi. Hovlan, Janis dan Kelley dengan program komunikasi dan perubahan sikap Yale ( The Yale communication and attitude change program) memberikan sumbangan yang sangat bermakna terhadap perkembangan teori ini (Baron & Byrne 1981). Program Yale mengidentifikasi unsur-unsur dalam proses pembujukan, yang dapat memberi pengaruh terhadap perubahan sikap seseorang. Menurut Olson dan Zanna (1993), dalam perkembangan sekarang ini, masalah pembujukan telah menjadi topic pembahasan yang paling banyak dibahas dalam berbagai literatur tentang perubahan sikap.

Ada empt unsur dalam proses pembujukan yang dapat mempengaruhi perubahan sikap menurut program Yale. Empat unsur itu adalah: 1) penyampaian, sebagai sumber informasi baru; 2) komunikasi, atau informasi yang diampaikan; 3) penerima; 4) situasi.


b. Teori Fungsional ( functional theory)
Teori fungsional beranggapan bahwa manusia mempertahankan sikap yang sesuai dengan kepentingannya. Perubahan sikap terjadi dalam rangka mendukung suatu maksud atau tujuan yang ingin dicapai. Menurut teori ini, sikap merupakan alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk menubah sikap seseorang, terlebih dahulu harus dipelajari dan diketahui kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang.

Katz dan Stotland merpakan pakar psikologi yang pertama-tama memberikan penjelasan berdasarkan kepada teori ini. Mereka menjelaskan bahwa perubahan sikap pada diri seseorang terjadi untuk menyesuaikan dengan kebutuhannya. Ada beberapa fungsi sikap dalam rangka memenuhi beberapa kebutuhan individu. Fungsi-fungsi itu adalah: alat (instrumental), pertahanan diri (ego-defensive), ekspresi nilai (value-expressive), dan pengetahuan (knowledge).

Sebagai alat, dengan perubahan sikap diharapkan akan memperoleh ganjaran yang sebesar-besarnya (untuk mendukung sikap positif) dan hukuman yang sekecil-kecilnya ( mendukung sikap negative). Adapun yang dimaksud dengan pertahanan diri, perubahan sikap didasrkan pada keinginan seseorang untuk melindungi atau mempertahankan dirinya. Sebagai pernyataan nilai, perubahan sikap didasarkan pada keinginan seseorang untuk menyatakan sikap yang sejalan dengan nilai-nilai utama yang menjadi pegangan bagi dirinya. Selanjutnya, sebagai pengetahuan perubahan sikap didasarkan pada keperluan seseorang untuk mendpatkan informasi yang diperlukan.

c. Teori pertimbangan sosial ( social judgement theory)
Teori ini menganut pendekatan yang lebih bersifat kognitif tentang perubahan sikap. Teori ini memberikan penekanan pada persepsi dan pertimbangan individu tentang objek, orang, atau ide yang dievaluasinya.

Asch, Sherif dan Sherif merupakan pelopor teori ini, Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali atau pendefinisian kembali terhadap objek. Sikap dijelaskan sebagai suatu daeraj posisi dalam suatu skala, yang mencakup ruang gerka penerimaan (latitude of acceptance), ruang gerak tidak pasti (latitude of noncom-mitment), dan ruang gerak penolakan (latitude of reject-tion).

Perubahan sikap menurut teori ini terjadi jika informasi pembujuakn jatuh di dalam atau berdekatan dengan ruang gerak penerimaan seseorang. Sikap akan berubah sesuai dengan arah isi informasi yang disampaikan. Posisi yang ditawarkan dalam informasi pembujukan terserap ( assimilated) ke dalam posisi penerima sendiri. Sebaliknya, jika informasi pembujukan jatuh dalam ruang gerka penolakan, siakap penerima tidak akan berubah atau berubah berlawanan arah dari isi informasi yang disampaikan. Posisi yang ditawarkan bertentangan (contrasted) dengan sikap dan posisi penerima (Goldstein 1980; Penrod 1983)

Menurut teori ini, proses perubahan sikap bergantung kepada keteguhan individu dalam berpegang pada suatu nilai atau pandangan. Apabila individu berpegangan pada pandangan yang ekstrim dalam suatu hal, maka ruang gerak penerimaannya adlah sempit. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya perubahan sikap bagi individu bersangkutan adalah kecil. Sebaliknya, individu yang tidak ekstrim berpegang pada suatu pandangan, memiliki ruang gerak penerimaan yang luas pula. Semakin luas ruang gerak penerimaan seseorang, semakin besar pula kemungkinan terjadi perubahan sikap pada individu yang bersangkutan (Penrod 1983).

Secara lebih terperinci Sherif dan Hovland mengemukakan pula beberap dalil sebagi konsekuensi dari pengaruh pertimbangan dalam proses perubahan sikap (Kiesler et. al 1969). Dalil-dalil tersebut sebagi berikut:

1) Jika pandangan yang ditawarkan jatuh dalam ruang gerak penerimaan maka pandangan dan sikap indiidu akan berubah.

2) Jika pandangan yang ditawarkan jatuh dalam ruang gerak penolakan, individu tidak akan merubah pandangan dan sikapnya.

3) Jika ketidakcocokan antara pandangan penerima sendiri dengan posisi yang ditawarkan meningkat, maka akan lebih besar kemungkinan pandangna dan sikap penerima berubah, sejauh pandangan yang ditawarkan tidak jatuh dalam ruang gerak penolakan.

4) Jika komunikasi menawarkan posisi yang jatuh dalam d ruang gerak penolakan, peningkatan ketidak cocokan akan menghasilakan sedikit perubahan sikap, mendekati batas ruang gerak penolakan.

Menurut Goldstein (1980), teori pertimbangan sosial bermanfaat dalam mengkaji kesan ketidakcocokan antara posisi yang ditawarkan dan posisi awal dari penerima. Menurut beliau, teori ini sebenarnya lebih banyak menjelaskan tentang penyimpangan-penyimpangan dari posisi yang ditawarkan daripada tentang perubahan sikap.

d. Teori konsistensi ( consistency theory)
Teori konsistensi dikembangkan berdasarkan suatu asumsi umum, bahwa manusia akan berusaha untuk mewujudkan keadaan yang serasi dalam dirinya. Jika terjadi keadaan yang tidak serasi, misalnya terjadi pertentangan antara sikap dan tingkah laku, maka manusia akan berusaha untuk menghilangkan realita tersebut dengan merubah salah satu: sikap atau tingkah laku.

Menurut Wagner (1969), Heider dengan teori keseimbangannya (balance theory) adalah orang yang pertama-tama memberi penjelasan tentang perubahan sikap berdasarkan teori konsistensi. Heider menjelaskan tentang hubungan antara tiga unsur dalam suatu proseskomunikasi, yang terdiri dari: pribadi A, pribadi yang lain O, dan objek X.



RELATED ARTICLE


0 komentar:

Senin, 7 Juli 2014
Grab this Widget ~ Blogger Accessories