1. Model penilaian diri
Kerangka penilaian diri (KPD) adalah suatu model yang berhubungan antara hakekat penilaian diri dengan hasil belajar siswa (Gambar 5.1). Walaupun konstruksi dalam model berbeda secara konseptual, hubungan ini bertumpang tindih secara empiric. Model menunjukan bahwa hasil belajar siswa adalah hasil pencapaian prestasi berdasarkan tujuan dan usaha yang telah dirancang sebelumnya. Tujuan pencapaian siswa dapat diketegorikan ke dalam tingkat tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum mengidentifikasi keinginan diri siswa untuk mengukur dan menilai sejauhmana KBM dalam kelas. Tujuan khusus membedakan dua bentuk orientasi tujuan umum, yaitu pencapaian materi terhadap kemampuan hasil belajar siswa. Belajar yang keras menghasilkan kinerja yang tinggi, dan mengerjakan tugas yang banyak akan menghasilkan prestasi yang banyak pula.
KPD mengidentifikasikan suatu kesuksesan bagi guru dan siswa karena telah melakukan masteri suatu skill atau kemampuan dan tugas-tugas belajar dan mengajar. Apabila siswa merancang sendiri tujuan kemampuannya, maka ia memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan kemampuannya. Kesuksesan yang dicapai siswa diukur dengan nilai yang tinggi atau lebih besar sebagai status siswa dalam membandingkan terhadap siswa lainnya. Kinerja akademik siswa tinggi karena didominasi oleh pendidikan formal yang lebih menonjol. Hampir semua studi mengatakan bahwa kesempatan siswa memberi interaksi social dengan teman sejawat mempunyai prestasi lebih rendah dari pada siswa dengan orientasi tujuan belajar lebih tinggi. Prestasi dan kebutuhan siswa memiliki hubungan positif, khususnya dalam kelas apabila guru menggunakan teknik belajar kooperatif. Pada tingkat tujuan spesifik, prestasi diperoleh lebih tinggi ketika siswa berfokus pada objektif pelajaran yang ditanamkan dalam tugas. Berdasarkan model ini, usaha siswa mempengaruhi kemampuan siswa bagaimana mencapai tujuan lebih baik, ketika siswaterus menerus bertambah prestasinya. Misalnya, siswa lebih menyenangi untuk mempertahankan dirinya jika siswa menerima tujuan yang tidak membingungkan hasilnya, yaitu kemampuan siswa untuk pencapaian masa depan.
Penilaian diri meliputi tiga proses dimana regulasi diri siswa mengamati dan menafsirkan perilaku dirinya.
Pertama, siswa menghasilkan observasi sendiri yang berfokus pada aspek kinerja khusus yang relevan dengan standar kesuksesan.
Kedua, siswa membuat pertimbangan sendiri dengan menentukan bagaimana tujuan umum dan khusus dapat dicapai.
Ketiga, siswa melakukan reaksi diri, menafsirkan tingkat pencapaian tujuan, dan menghayati kepuasan hasil reaksi dirinya.
Penilaian diri ini berkontribusi terhadap kepercayaan keberhasilan diri, yaitu persepsi kemampuan siswa terhadap kinerja yang diperlukan dalam tugas-tugas kesuksesan adalah suatu kepercayaan bahwa siswa akan melanjutkan keberhasilan di masa dating. Siswa dengan kepercayaan kemampuannya memfisualisasikan kesuksesannya dari pada kegagalannya. Siswa merancang standar kinerja lebih tinggi untuk diri mereka sendiri. Ekspektasi siswa tentang kinerja masa depan juga mempengaruhi usahanya (effort). Siswa tidak tertekan oleh kegagalan tetapi siswa merespon kegagaln dengan memperbaiki kembali kebelakang melalui usaha-usaha perbaharuan. Misalnya, siswa dengan keberhasilan diri mampu menafsirkan suatu perbedaan antara aspirasi dan hasil belajar sebagai suatu stimulus sementara keberhasilan diri siswa yang rendah mampu mengamati suaut perbedaan kelemahan ketidakmampuan siswa dalam melengkapi tugas.
Penilaian diri mampu memainkan aturan dalam mengarahkan siklus belajar ketika penilaian diri siswa adalah positif. Penilaian diri positif mendorong siswa untuk merancang tujuan yang lebih tinggi dan sepakat lebih personal terhadap sumber-sumber tugas belajar. Penilaian diri adalah negatif apabila siswa menemukan konflik belajar, menyeleksi tujuan personal yang tidak realistik, mengadopsi strategi belajar yang tidak efektif, mendesak usaha rendah dan menyesal terhadap hasil kinerja.
Kontribusi Penilaian Diri Terhadap Belajar
Keterampilan pemahaman dalam strategi penilaian diri dapat menambah prestasi siswa dan guru. Keterampilan pemahaman penilaian diri dapat mempertinggi observasi diri. Jika guru menilai tugas-tugas siswa, maka pertimbangan kinerja siswa dapat lebih positif dan siklus penilaian diri mampu mensimulasi prestasi lebih cepat. Keterampilan pemahaman penilaian diri dapat juga memodifikasi tujuan khusus dimana siswa merancang, dan membawa siswa lebih dekat dari garis ekspektasi guru. Keterampilan pemahaman penilaian diri bagi guru dapat juga mendorong siswa untuk berusaha lebih besar jika siswa menjadi lebih sadar dari perbedaan spesifik antara kinerjanya dan tujuannya. Guru mampu mengorganisasikanempat langkah proses penilaian diri siswa:
(1) melibatkan siswa dalam mendefinisikan kriteri penilaian;
(2) membantu siswa bagaimana menerapkan kriteria;
(3) memberi siswa umpan balik pada penilaian diri, dan;
(4) membantu siswa menggunakan data penilaian untuk mengembangakan rencana kegiatan
Strategi setiap langkah dan penggunaan alat penilaian dalam kelas ditentukan dengan pasangan antara sekolah dengan universitas. Penggunaan strategi ini mempunyai pengaruh positif pada sikap siswa untuk menilai prestasi.
2. Apa dan kenapa penilaian diri?
Hampir semua siswa menerima penilaian dari guru. Jika hal ini merupakan penilaian yang dilakukan secara serius, maka memiliki keterbatasan diridalam pemberian penilaian. Keterbatasan guru yang disebutkan ini dimulai dengan melakukan sendiri, menilai sendiri, dan merefleksi sendiri. Guru siap melakukan cara-cara baru yang lebih sistematik terhadap penilaian diri. Guru melakukan perbedaan diantara siswa yang akan membuat relatif penampilan kemampuan dalam hidup guru. Tetapi guru dapat menawarkan diri secara konsisten dan kontinuitas terhadap penilaian dir. Guru memiliki waktu untuk menginvestasi di kelas sehingga alat penilaian diri dapat menambah lebih besar pengembalian investasi ini. Tujuan penilaian diri tidak dapat membebaskan penilaian guru, tetapi melengkapi dan menambah usaha guru untuk melakukan penilaian diri. Apabila pembelajaran sedang berlangsung, maka praktek penilaian diri berfungsi sebagai pemberi suatu kerangka pemahaman diri bagi guru dan siswa.
3. Interaksi penilaian diri dalam kelas
Perbedaan guru dalam mengadvokasi perbedaan level kemampuan siswa memerlukan interaksi penilaian dalam kelas. Beberapa guru merasakan bahwa siswa membutuhkan suatu kesempurnaan, disiplin lingkungan belajar, sementara guru lain merasakan bahwa tingkat kebebasan yang lebih baik dapat diberikan untuk mengembangkan tanggung jawab siswa melalui pembelajarannya. Untuk mempromosikan tanggung jawab siswa, beberapa guru merasakan bahwa atmosfir kelas yang menyenangkan dapat dikreasi oleh siswa dengan mengambil resiko dan kreatif. Guru membuat sadar siswa tentang pentingnya perilaku inter personal dalam kelas di mana guru dapat berinisiatif untuk merefleksi inter pesonalnya dan mengubah kepercayaannya jika ditemukan tidak tepat perilaku siswa.
Bentuk penilaian diri adalah salah satu karakteristik khusus terhadap profesi mengajar. Ahli mengatakan bahwa mengajar efektif memerlukan kehati-hatian dan refleksi pemikiran tentang apakah seorang guru sedang melakukan pengaruh terhadap kegiatan sosial dan akademik belajar siswa. Walaupun sering ada waktu guru mengukur suatu refleksi pelajaran yang diberikan, maka penilaian diri jarang dilakukan untuk melihat perilaku antar personal dan interaksi siswa sebagai bagian dari strategi manajemen kelas. Banyak guru gagal melaksanakan hubungan interpersonal dengan siswa. Bentuk penilaian diri seperti ini memerlukan siswa untuk menjawab pertanyaan yang dapat mengubah dan merefleksikan pekerjaan yang sedang dikerjakan siswa. Oleh karena itu, penilaian diri amat menguntungkan bagi guru dan siswa karena mampu menjawab pertanyaan penilaian diri.
4. Fokus penilaia diri
Fokus penilaia diri (FPD) yang digunakan adalah pencapaian tujuan atau kompetensi. Fokus ini mengungkapkan berbagai indicator kinerja yang berfokus pada pengumpulan data atau informasi. FPD perlu didukung oleh data fakta yang relevan dan akurat dari TPK. Fakta adalah informasi yang berupa deskriptif ataupun kualitatif tentang sesuatu, misalnya ukuran-ukuran, kecenderungan serta standar-standar. Data fakta umumnya dukumpulkan dari hasil pengukuran atau penilaian, catatan dokumentasi, laporan pengamatan yang dapat diperoleh dari beberapa subyek sumber informasi melalui ujian, wawancara, observasi, dan atau survey dengan alay pengumpul data (instrument) yang dirancang secara khusus untuk tujuan tertentu. FPD meliputi komponen tujuan pembelajaran, standar kompetensi, kriteria pelaksanaan, dan indikator pencapaian.
(1) Tujuan: pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan yang jelas apa yang diinginkan pada akhir program dari sejumlah pokok dan sub pokok bahasan.
Ciri-ciri tujuan pembelajaran yang baik adalah:
• Jelas bagi semua pihak yang menggunakan
• Dapat diamati, diukur, ditunjukan dan dibuktikan dengan nyata dan objektif;
• Dapat dirasakan sebagai suatu yang berharga bagi semua pihak;
• Bersifat realistic bagi semua pihak untuk mencapai kepuasan dan motivasi kerja.
(2) Standar kompetensi. Persyaratan standar kompetensi ditetapkan sebagai persyaratan standar minimum (basic competency) yang perlu dipenuhi bagi pencapaian tujuan pembelajaran.
Fokus penilaian mengenai standar kompetensi meliputi:
• Kompetensi yang harus dicapai siswa;
• Kedalam materi yang harus dikuasai siswa;
• Kondisi kegiatan belajar bagi siswa;
• Kondisi kegiatan mengajar bagi guru, dan;
• Perbandingan hasil kompetensi antar siswa.
(3) Kriteria pelaksanaan. Kriteria pelaksanaan penilaian diri adalah upaya pemanfaatan sumber daya dalam pencapaian tujuan, termasuk alokasi waktu, interaksi sumber daya, dan distribusi. Kinerja dan produktifitas yang dicapai oleh guru dan siswa merupakan penanganan dalam pelaksanaan proses.
(4) Indikator pencapaian. Indikator pencapaian terdiri dari dua aspek, yaitu aspek hasil dan aspek dampak penilaian diri. Aspek hasil merupakan sesuatu yang direncanakan dan terjadi karena pengelolaan dan pengendalian program. Aspek dampak merupakan sesuatu yang tidak direncanakan dan terjadinya dapat diantisipasi, tetapi tidak terkelola dan terkendali dalam penyelenggaraan program.
Fokus penilaian indikator pencapaian meliputi:
• Beberapa persen kompetensi siswa yang sudah tercapai
• Berapa persen kompetensi siswa yang mencapai di atas rata-rata
• Berapa persen kompetensi siswa yang mencapai di bawah rata-rata
• Implikasi pencapaian kompetensi siswa di bawah rata-rata
• Implikasi pencapaian kompetensi siswa di atas rata-rata
Pelaporan penilaian diri (PPD) baru dikatakan berhasil apabila hasilnya dimanfaatkan untuk peningkatan kinerja bagi guru dan siswa. Penilaian diri belum dapat dikatakan berakhir sebelum hasil pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data dapat dikomunikasikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan ditingkat kelas dan sekolah, bahkan yang berkepentingan di tingkat luar sekolah. Karena penilaian diri berdampak pada perbaikan, peningkatan dan penyempurnaan kineja guru dan siswa di masa dating, maka isi materi pelajaran, sistimatika dan metoda penyajian informasi pada laporan ditata sedemikian rupa sehingga cukup objektif, dan lugas, tetapi komunikatif dan menarik untuk dibaca, serta mempunyai keterbatasan.
PPd dapat menggunakan beberapa format dan teknik yang akan membantu siswa menilai pertumbuhan dan belajarnya dalam berbagai macam materi pelajaran. Karena dengan format itu, kita dapat mendorong guru bereksperimen dan mengadaptasi format untuk melakukan pertemuan dengan kebutuhan dan pertumbuhan siswa. Laporan penilaian diri dapat merealisasi suatu keberhasilan, namun tidak semua laporan yang ada di kelas menjadi jaminan penilaian diri. Jika siswa menemui masalah, guru dapat menanyakan kepada siswa apakah telah menggunakan salah satu format penilaian tersebut. Format yang digunakan guru dikembangkan sesuai dengan bahasa dan konsep yang familiar bagi siswa. Misalnya, format penilaian diri “membaca”, “menulis”, dan “berhitung” hanya dapat berfungsi jika guru telah menyediakan waktu untuk melakukan pertemuan dengan siswa bagaimana strategi membaca, menulis, dan berhitung. Hasil penilaian siswa melalui format tersebut dapat dilaporkan sesuai dengan hasil pencapaian siswa.
Belajar melihat ke belakang dan belajar merefleksi ke depan adalah kemampuan guru dan siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki keberhasilan. Guru dapat menemukan dan melaporkan banyak tentang bagaimana siswa belajar dari pendengaran dan mengamati mereka selama waktu siswa membaca dan menulis. Format penilaian dapat dikembangkan lebih banyak sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Jika format penilaian digunakan secara hemat, maka laporan hasil penilaian membaca, menulis, dan berhitung dapat digunakan secara efektif untuk melakukan perbaikan.
Jumat, 24 Juli 2009
Kerangka penilaian diri
Label:
Penilaian Berbasis Kelas
0 komentar:
Posting Komentar