Jumat, 24 Juli 2009

Penilaian diri siswa

1. Kenapa penilaian diri siswa penting?

Jenis penilaian diri siswa (PDS) sekarang lebih banyak dikondisikan dalam kehidupan sehari-hari di kelas. Guru memiliki kesempatan untuk melakukan penilaian kemampuan, keterampilan, dan nilai-nilai individu dan atau kelompok siswa. Oleh karena itu, PDS amat penting karena diantara hal-hal berikut ini siswa dapat:

(1) membandingkan hasil pekerjaannya dari waktu ke waktu;
(2) mengkreasi kriteria penilaian pada suatu tugas yang diberikan;
(3) mendiskusikan strateginya untuk melakukan tugasnya;
(4) bekerja dengan teman sejawat untuk menilai dan merevisi tugasnya;
(5) menimbang kecenderungan tugasnya, dan menelaahnya;
(6) merefleksikan tugas berikutnya.

Ketika siswa melakukan PDS, maka mereka mengembangkan kebiasaan untuk merefleksi diri. Kegiatan merefleksi diri merupakan kegiatan dimana siswa (1) mampu belajar dan bekerja yang baik secara kualitatif, (2) mampu menimbang pekerjaannya kembali secara kualitatif, (3) mampu melangkah ke belakang dari hasil pekerjaannya untuk menilai usaha miliknya sendiri dengan merasakan apakah ada penambahan, dan (4) mampu merancang tujuan personal. Kemampuan ini semua merupakan analisis kualitatif siswa dengan arahan sendiri, bukan siswa berbuat pasif. Melalui model pembelajaran yang dikembangkan guru dengan konsep menuntun dan memberi kepraktisan dalam penilaian diri, maka siswa belajar sendiri tanpa ada penilaian yang harus dilakukan untuk semua siswa. Tetapi adanya kerja sama antara guru dan siswa secara integrasi, maka guru dan siswa melakukan pembelajaran secara meksimal dan memperbaiki temuan yang masih lemah.

Hasil belajar siswa merupakan hasil dimana siswa mampu mendemonstrsikan pembelajarannya, dan mampu melibatkan dan menilai dirinya sendiri. Sejauh mana pencapaian hasil belajar tersebut telah berhasil secara maksimal. Siswa bertanggung jawab untuk mampu merefleksi pekerjaan yang ditulisnya dan menyeleksi pekerjaan yang lebih baik dari tugas sebelumnya. Siswa harus memberi suatu rasional untuk menyeleksi dan mengklarifikasi kenapa pekerjaannya lebih baik dan mengomentari kelemahan proses pekerjaan yang belum baik sehingga mereka mampu memperbaiki pekerjaannya sendiri. Siswa harus menjelaskan keefektifan program dengan program lain dan merancang tujuan penulisan yang akan datang. Siswa harus berfikir secara hati-hati dalam pengumpulan tulisan-tulisan karena merupakan bagian dalam penilaian portefolionya. Penilaian ini, kemudiam menjadi bagian dari penilaian guru.


2. Siswa sebagai pasangan aktif

Keterlibatan siswa dalam proses penilaian adalah bagian mendasar dari keseimbangan penilaian. Ketika siswa menjadi pasangan dalam proses belajar, mereka menambah lebih baik diri mereka sendiri sebagai pembaca, penulis dan pemikir. Karena siswa merefleksikan apa mereka telah pelajari dan bagaimana mereka belajar, maka mereka mengembangkan alat penilaian untuk menjadi siswa lebih efektif.

Siswa membutuhkan penilaian dari pekerjaannya dan berfikir tentang apa yang dapat dilakukan dengan baik dan materi pelajaran mana yang masih membutuhkan bantuan. Untuk membantu siswa dalam pemahaman proses penilaian diri, guru dapat menginginkan kelengkapan lembar refleksi diri/ penilaian diri. Ketika siswa telah merefleksikan belajarnya, mereka siap untuk merancang tujuan baru untuk dirinya sendiri. Karena mereka berkerja melalui tujuan ini, maka mereka dapat didorong untuk merefleksikan pada perjalanan belajarnya pada interval tertentu. Guru dapat memiliki catatan observasi siswa selama periode refleksi diri untuk membantu penetapan tujuan dan memotivasi mereka untuk melakukan pertemuan setiap pencapaian tujuan. Dengan praktek penilaian diri, siswa mampu menilai sendiri secara sadar, mampu menerapkan kebutuhan dan gaya belajarnya pad materi pelajaran yang baru.

Karena siswa menjadi partisipan yang lebih aktif dalam penilaian proses, maka mereka akan memulai menilai kekuatan dan sikapnya, menganalisis perkembangannya dalam suatu materi pelajaran khusus, dan merancang tujuan belajar mendatang.


3. Metoda penilaian diri siswa

Banyak bentuk metoda penilaian diri (MPD) siswa dapat dilakukan. MPD siswa diantaranya meliputi (1) pebulisan koferensi, (2) diskusi (semua kelas atau kelompok kecil), (3) catatan refleksi, (4) penilaian diri mingguan, (5) centang dan inventaris penilaian diri, dan (6) interviu siswa dan guru. Bentuk penilaian diri ini saling bergantung dalam suatu kupulan informasi bahan penilaian. Guru menanyakan kepada setiap siswa untuk mereview pekerjaannya guna menentukan apakah mereka telah pelajari dan apakah materi pelajaran masih membingungkan oleh siswa. Walaupun setiap metoda berbeda satu sama lain, tetapi semua metoda harus meliputi waktu untuk siswa dalam mempertimbangkan dan menilai perkembangannya.

Ketika sekelompok siswa memahami kriteria kerja yang baik sebelum memulai suatu kegiatan pencapaian kemampuana literasi sendiri, maka mereka melakukan pertemuan untuk menentukan kriteria apa yang bias dicapai. Kunci terhadap pemahaman literasi ini adalah untuk membuat kriteria lebih jelas. Karena siswa menilai pekerjaannya sendiri, maka ia menetapkan kriteria milik mereka sendiri untuk bekerja lebih baik. Siswa memperjelas kriterianya sebagai acuan menilai pekerjaan miliknya sendiri. Oleh karena itu, observasi dan refleksi dapat memberi nilai umpan balik untuk menentukan rencana pembelajaran selanjutnya. Karena siswa menjawab pertanyaan tentang belajarnya dan strategi mereka gunakan, maka siswa melihat apa yang sedang dipelajari dan diajarkan guru.


4. Refleksi penilaian diri siswa

Refleksi penilaian diri siswa lebih berarti apabila tugas yang diberikan dilakukan secara praktis, dimengerti dan mudah diamati. Refleksi penilaian diri adalah hal yang benar karena siswa sebagai seorang guru pada dirinya sendiri. Guru selalu mendukung kearah lebih baik siswanya dalam usahanya dalam penilaian diri, siswa memiliki waktu berfikir tentang perkembangannya.

Siswa membutuhkan petunjuk refleksinya dengan pertanyaan berikut:
- Apa yang saya pelajari hari ini?
- Apa yang saya lakukan dengan baik?
- Apa saya membingungkan tentang sesuatu?
- Apa saya memerluakan bantuan dengan?
- Apa saya menginginkan untuk mengetahui lebih tentang?
- Apa saya sedang bekerja untuk berikutnya?

Karena siswa berpartisipasi dalam proses penilaian diri, maka mereka akan memiliki banyak kesempatan untuk mengumpulkan lembaran penulisannya dan bereaksi terhadap hal-hal mereka telah baca. Konferensi individu siswa dapat membantu petunjuk periode ini dari refleksi diri dan reinforce ide bahwa pekerjaan pengumpulan informasi dan bagaimana evaluasinya adalah langkah pentingnya dalam penilaian diri.


5. Belajar kemampuan diri

“Self-paced learning” atau belajar kemampuan sendiri (BKS) adalah salah satu factor pembelajaran diri siswa yang membedakan dengan siswa lain karena perbedaan kemampuan individu siswa. Kemampuan tersebut mampu mengkontribusi pada tingkat individu siswa dari program kegiatan pembelajaran. BKS sering disamakan dengan konsep pelatihan berbasis kompetensi dimana setiap siswa selalu berada secara independen (tidak bergantung) diantara siswa karena perbedaan kemampuan atau kompetensinya. Kemandirian siswa ini adalah penting dalam mengembangkan standar kompetensi penilaian yang dihubungkan dengan standar aspek kinerja siswa. Oleh karena itu, program BKS dapat digunakan oleh guru dalam merancang strategi pembelajaran tentang kemampuan berbasis kompetensi. Jika BKS digunakan untuk mencapai kesuksesan, maka guru dan staf sekolah diperlukan kemampuan untuk mendapatkan kebutuhan individu siswa dan menjamin serta mengontrol keperluan proses KBM.

Beberapa pertimbangan fundamental dalam mendesain dan mengembangkan program BKS. Kerangka BKS dikembangkan sebagai deskripsi tiga dasar program belajar, yaitu (1) objektif, (2) KBM dan materi pelajaran, dan (3) penilaian. Hubungan diantara ketiga dasar tersebut melibatkan BKS, KBM, dan pengajaran individual. Semua program belajar minimal dapat dijamin siswa mengkontribusi keputusan sendiri.


6. Pengajaran individualisme

Siswa dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang setiap dasar program pembelajaran, dan siswa menentukan tingkat program individu siswa. Faktor penentuan akhir adalah BKS tentang karakteristik individu siswa yang diperbolehkan bekerja melalui program miliknya sendiri. Bertambahnya kewenangan kemampuan individu siswa menunjukan bahwa keterlibatan siswa adalah lebih besar dalam penentuan atau pengarahan program belajar siswa miliknya sendiri. Gambar 6.2 mengilustrasikan beberpa pendekatan yang lebih baik untuk mengajar dan belajar dapat diindividualiskan. Pendekatan mengacu pada hal bagaimana mereka mengakomodasi empat factor (objektif, KBM dan materi, penilaian dan kemampuan sendiri) yang mempengaruhi tingkat individualime siswa.


Metoda Pengajaran Individualisme

• Presentasi kelas tradisisional. Objektif dan materi ditetapkan dalam silabus. Guru menyeleksi bahan mata pelajaran untuk mempertimbangkan sekuensi logika dan memutuskan bagaimana sebagian materi akan digambarkan dan apa kegiatan belajar yang akan digunakan. Penilaian ditentukan oleh guru. Namun siswa memiliki sedikit kontrol, ikuti petunjuk, objektif, kegiatan belajar atau penilaian.

• Pengajaran program linier. Objektif ditetapkan oleh perancang program dengan pernyataan yang diperlukan kemampuan pengamatan perilaku siswa, kondisi perilaku ditunjukan dan diperlukan standar kinerja.

• Pengajaran program branching. Program branching (ranting) ini menawarkan beberapa tingkat individualisasi dalam perkembangan melalui materi program dan kegiatan belajar. Individu siswa ditentukan oleh kompleksifitas branching yang digunakan. Objektifitas dan penilaian ditentukan oleh perancang program.

• Belajar bantuan computer (BBK). BBk menggunakan program branching yang komplek, dan ditunjukan oleh computer. Bahan belajar ditunjukkan melalui perbedaan format, video, animasi, dll, yang mengikuti siswa untuk memilih suatu format dengan gaya belajarnya. Individualisme siswa sangat mungkin dengan kegiatan program BBk dan belajar kemampuan sendiri. Objektif dan penilaian biasanya ditentukan oleh perancang program.

• Kontrak belajar negosiasi. Penggunaan bentuk belajar ini, guru menjadi fasilitator atau pemandu dan membantu siswa untuk mengdiaknosa kebutuhan belajarnya. Mereka selalu berhubungan dengan tujuan mata pelajaran, menetapkan objektif kontrak, menyeleksi sumber belajar dan strategi belajar serta menetapkan bukti apa yang akan disampaikan untuk menunjukan objektif telaj dicapai. Setiap siswa dan guru melakukan negosiasi objektif, kegiatan belajar dan penilaian untuk melayani setiap kebutuhan siswa.



RELATED ARTICLE


0 komentar:

Senin, 7 Juli 2014
Grab this Widget ~ Blogger Accessories